contoh puisi angkatan 20, 45, 50



kumpulan puisi - puisi dari angkatan 20 (balai pustaka), 45, sama 50 buat tugas bio tadinya, tapi gak jadi alias gagal. ya udah tak share aja...
Karya Muh. Hamin
1. Adapun Kami Anak Sekarang
 Mari Berjejrih Berbanting Tulang
 Menjaga Kemegahan Jangalah Hilang,
 Supaya Lepas Ke Padang Yang Bebas
 Sebagai Poyangku Masa Dahulu,
 Karena Bangsaku Dalam Hatiku
 Turunan Indonesia Darah Melayu


2. Di Lautan Hindia

 Mendengarkan Ombak Pada Hampirku
 Debar - Mendebar Kiri Dan Kanan
 Melagukan Nyanyi Penuh Santunan
 Terbitlah Rindu Ke Tempat Lahirku

 Sebelah Timur Pada Pinggirku
 Diliputi Langit Berawan - Awan
 Kelihatan Pulau Penuh Keheranan
 Itulah Gerangan Tanah Airku

 Di Mana Laut Debur - Mendebur
 Serta Mendesir Tiba Di Papsir
 Di Sanalah Jiwaku, Mula Bertabur
 Di Mana Ombak Sembur - Menyembur
 Membasahi Barisan Sebuah Pesisir
 Di Sanalah Hendaknya, Aku Berkubur 


Bukit Barisan karya Moh. Yamin

Di atas batasan Bukit Barisan,
Memandang beta ke bawah memandang,
Tampaklah hutan rimba dan ngarai,
Lagipun sawah, telaga nan permai,
Serta gerangan lihatlah pula,
Langit yang hijau bertukar warna,
Oleh pucuk daun kelapa.

Puisi Karya Sanusi Pane: Teratai

Friday, 16 March 2012 5:05 am
Karya: Sanusi Pane

Kepada Ki Hajar Dewantoro
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun berseri Laksmi mengarang
Biarpun dia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia
Teruslah O Teratai Bahagia
Berseri di kebun Indonesia
Biar sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat
Engkau pun turut menjaga zaman

Rustam Effendi

BUKA N BETA BIJAK BERPERI
bukan beta bijak berperi,
pandai menggubah madahan syair,
bukan beta budak negeri,
musti menurut undangan mair.
sarat saraf saya mungkiri,
untai rangkaian seloka lama,
beta buang beta singkiri,
sebab laguku menurut sukma.
susah sungguh saya sampaikan,
degup – degupan di dalam kalbu,
lemah laun lagi dengungan,
matnya digamat rasaian waktu.
sering saya susah sesaat,
sebab madahan tidak nak datang,
sering saya sulit menekat,
sebab terkurang lukisan memang.
bukan beta bijak berlagu,
dapat melemah bingkaian pantun,
bukan beta berbuat baru,
hanya mendengar bisikan alun.
( Percikan Permenungan, 1926

DERAI DERAI CEMARA
Chairil Anwar

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

1949


SURAT CINTA
Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Bagai bunyi tambur mainan
Anak-anak peri dunia yang gaib.
Dan angin mendesah
Mengeluh dan mendesah.
Wahai, dik Narti,
Aku cinta kepadamu!

Kutulis surat ini
Kala hujan menangis
Dan dua ekor belibis
Bercintaan adlam kolam
Bagai dua anak nakal
Jenaka dan manis
Mengibaskan ekor
Serta menggetarkan bulu-bulunya.
Wahai, dik Narti,
Kupinang kau menjadi istriku

Kaki-kaki hujan yang runcing
Menyentuhkan ujungnya di bumi.
Kaki-kaki cinta yang tegas
Bagai logam berat gemerlapan
Menempuh ke muka
Dan tak’kan kunjung diundurkan.
Selusin malaikat
Telah turun
Di kala hujan gerimir.
Di muka kaca jendela
Mereka berkata dan mencuci rambutnya
Untuk ke pesta.
Wahai, dik Narti,
Dengan pakaian pengantin yang anggun
Bunga-bunga serta keris keramat
Aku ingin membimbingmu ke altar
Untuk dikawinkan.
Aku melamarmu.
Kau tahu dari dulu:
Tiada lebih buruk
Dan tiada lebih baik
Dari yang lain…
Penyair dari kehidupan sehari-hari
Orang yang bermula dari kata
Kata yang bermula dari
Kehidupan, pikir dan rasa.

Semangat kehidupan yang kuat
Bagai berjuta-juta jarum alit
Menusuki kulit langit:
Kantong rejeki dan restu wingit.
Lalu tumpahlah gerimis.

Angin dan cinta
Mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuat
Bagai seribu tangan gaib
Menyebarkan seribu jaring
Menyergap hatimu
Yang selalu tersenyum padaku.

Engkau adalah putri duyung
Tawananku.
Putri duyung dengan
Suara merdu lembut
Bagai angin laut,
Mendesahlah bagiku!
Angin mendesah
Dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
Tergolek lemas
Mengejap-kejapkan matanya yang indah
Dalam jaringku.
Wahai, putri duyung,
Aku menjaringmu
Aku melamarmu.

Kutulis surat ini
Kala hujan gerimis
Kerna langit
Gadis manja dan manis
Menangis minta mainan.

Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya.
Wahai, dik Narti,
Kuingin dikau
Menjadi ibu anak-anakku!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

prediksi soal UN Biologi 2013

pembahasan soal UN Bahasa Inggris 2007-2012