puisi, dendam masa lalu
Dendam
angin bertiup menderu
melepas semua letih dalam dada
aku terjatuh berlutut
menghamba pada lubang kebencian
hingga terjerat lambaian setan
tapi hati ini masih bisu
meski raga ini telah lelah
aku sampai pada puncak genderang
tapi semua hilang tak berbekas
oleh jiwa jiwa sepi tak bertuan membeku
semua ada waktunya
semua ada balasnya
katanya
kata sang suara yang bergema tak henti
sayangnya cermin sudah ditutup rapat
hanya lambaian setan yang memikat
tak kunjung reda menguasai lembah
menerjang badai
tuk hancurkan semua
hingga tak bersisa
hingga tak bersisa
lucu sekali
padahal hukum kekekalan massa itu hadir
hingga selalu ada yang bersisa
dan merenggutku
menjeratku kembali
dan ucapkan selamat tinggal pada hatimu
angin bertiup menderu
melepas semua letih dalam dada
aku terjatuh berlutut
menghamba pada lubang kebencian
hingga terjerat lambaian setan
tapi hati ini masih bisu
meski raga ini telah lelah
aku sampai pada puncak genderang
tapi semua hilang tak berbekas
oleh jiwa jiwa sepi tak bertuan membeku
semua ada waktunya
semua ada balasnya
katanya
kata sang suara yang bergema tak henti
sayangnya cermin sudah ditutup rapat
hanya lambaian setan yang memikat
tak kunjung reda menguasai lembah
menerjang badai
tuk hancurkan semua
hingga tak bersisa
hingga tak bersisa
lucu sekali
padahal hukum kekekalan massa itu hadir
hingga selalu ada yang bersisa
dan merenggutku
menjeratku kembali
dan ucapkan selamat tinggal pada hatimu
Komentar