puisi, saat bayang gelap menantimu
BAYANG KELAM
Jalan duri menebar terpajang
Memaksa kaki melangkah berdarah
Hati ini selalu sedari dulu
Terenyuh dan terluka
Mengalah pada keadaan
Bisikan angin membelai kalbu
Kau yang disana
Dan kau yang ada dihatinya
Pernahkah melihat hari – hari itu?
Dimana bumi berperang dengan matahari
Memperebutkan bulan yang menolak pergi
Andai waktu adalah nyata
Bukan hal aneh yang terus menjerat
Andai waktu tak bergerak
Maka, dunia ini kan ada dalam genggamanku
Mimpi yang melambung tinggi
Terperangkap ruang semu yang hayalku buat
Indah mengerikan bagai rutinitas
Terpaku dan terdiam
Sekali lagi kau yang disana
Dengarkan kata hatimu
Biar mentari tenggelam
Biar bulan merana
Kau adalah bumi
Yang akan terus tegak menghadap
Kokoh karena ada cinta dihatimu
Hahaha…..puisinya agak sedikit berbau dongeng yah?
Yah…..untuk latar suasana puisi kali ini sengaja memang dibuat agak abstrak.
Karena ini menyangkut mimpiku juga sahabatku. Ehehe, jadi selain puisi ini aku
buat untuk salah satu sahabatku, untuk menghiburnya agak terus berjuang meraih
mimpi. Mimpi ini juga mimpi sahabatku agak – agak sama gitu. Kalau dipandang
sekilas pasti agak mustahil, dua insan yang biasa saja memimpikan hal – hal
luar biasa seperti itu. Tapi, meski begitu. Meski kami hanyalah bumi (orang
biasa yang menjejak keras ke tanah), kami akan tetap mencoba untuk kokoh.
Karena ada cinta, ya, cinta terhadap impian – impian mustahil bin aneh kami.
(hahahaha….>.<)
Oh iya, puisi ini juga menggambarkan ketika kita yang
tengah bosan dengan rutinitas (hehe suasana pas aku bikin puisi gitu sih),
puisi ini juga menggambarkan ketika kita tengah berbicara pada diri kita
sendiri tentang impian dan rutinitas itu. Makanya lawannya bumi (orang biasa),
matahari (impian liar), dan bulan sebagai rutinitas itu. Kenapa bulan? Karena
rutinitas dipandang sebagai sebuah kewajiban sekaligus kehormatan bukan? Karena
itu, memancarkan sedikit cahaya yang terlihat sangat nyaman dan menenangkan.
Seperti bulan. Dan karena lawan bicara diri kita sendiri (bukan berkepribadian
ganda loh yah, hanya saja, semua pasti pernah mengalami kebingungan antara dua
pilihan kan? Dengan kata lain, seakan – akan diri kita membelah menjadi dua).
Seperti itulah, aku ingin menggambarkan suasa ketika kita berbicara terhadap
diri kita sendiri saat kita terbentur berbagai masalah mengenai impian,
rutinitas, kewajiban, dll. Yang semuanya itu diiringi bayang – bayang
kegagalan. Dan bayang – bayang itulah akar masalah dari semua ini, ketakutan,
ketakutan dan ketakutan yang bagai mengejar. Makanya aku beri judul, bayang
kelam.
Tapi meski judulnya cenderung suram, puisinya
mencerminkan perjuangan kok, untuk terus berjuang meraih mimpi. Jadi, silahkan
dibaca, dinikmati, dan diresapi. Semoga dapat membangkitkan semangat kita semua
untuk tetap meraih mimpi meski selalu ada bayang kelam. Hehehe….
(NB: aku lupa nyebutin nama sahabat yang aku buatkan
puisi ini yah? Namanya Agus. Dah itu aja, pasti umum kan. Hehehe, biarin.)
Komentar